Media tanam merupakan komponen utama ketika
akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan
dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam yang
tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya
merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki
kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum, media tanam
harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup
udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara.
Jenis media tanam yang digunakan pada
setiap daerah tidak selalu sama. Di Asia Tenggara, misalnya, sejak tahun
1940 menggunakan media tanam berupa pecahan batu bata, arang, sabut
kelapa, kulit kelapa, atau batang pakis. Bahan-bahan tersebut juga tidak
hanya digunakan secara tunggal, tetapi bisa dikombinasikan antara bahan
satu dengan lainnya.
Misalnya, pakis dan arang dicampur dengan perbandingan tertentu hingga menjadi media tanam baru. Pakis juga bisa dicampur dengan pecahan batu bata.
Misalnya, pakis dan arang dicampur dengan perbandingan tertentu hingga menjadi media tanam baru. Pakis juga bisa dicampur dengan pecahan batu bata.
Untuk mendapatkan media tanam yang baik dan
sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam, seorang hobiis harus
memiliki pemahaman mengenai karakteristik media tanam yang mungkin
berbeda-beda dari setiap jenisnya. 8erdasarkan jenis bahan penyusunnya,
media tanam dibedakan menjadi bahan organik dan anorganik.
A. Bahan Organik
Media tanam yang termasuk dalam kategori
bahan organik umumnya berasal dari komponen organisme hidup, misalnya
bagian dari tanaman seperti daun, batang, bunga, buah, atau kulit kayu.
Penggunaan bahan organik sebagai media tanam jauh lebih unggul
dibandingkan dengan bahan anorganik. Hal itu dikarenakan bahan organik
sudah mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Selain itu, bahan
organik juga memiliki pori-pori makro dan mikro yang hampir seimbang
sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik serta memiliki daya
serap air yang tinggi.
Bahan organik akan mengalami proses
pelapukan atau dekomposisi yang dilakukan oleh mikroorganisme. Melalui
proses tersebut, akan dihasilkan karbondioksida (CO2), air(H2O), dan
mineral. Mineral yang dihasilkan merupakan sumber unsur hara yang dapat
diserap tanaman sebagai zat makanan. Namun, proses dekomposisi yang
terlalu cepat dapat memicu kemunculan bibit penyakit. Untuk
menghindarinya, media tanam harus sering diganti. Oleh karena itu,
penambahan unsur hara sebaiknya harus tetap diberikan sebelum bahan
media tanam tersebut mengalami dekomposisi.
8eberapa jenis bahan organik yang dapat
dijadikan sebagai media tanam di antaranya arang, cacahan pakis, kompos,
mosS, sabut kelapa, pupuk kandang, dan humus.
1. Arang
Arang bisa berasal dari kayu atau batok
kelapa. Media tanam ini sangat coeok digunakan untuk tanaman anggrek di
daerah dengan kelembapan tinggi. Hal itu dikarenakan arang kurang mampu
mengikat air dalam )umlah banyak. Keunikan dari media jenis arang adalah
sifatnya yang bufer (penyangga). Dengan demikian, jika terjadi
kekeliruan dalam pemberian unsur hara yang terkandung di dalam pupuk
bisa segera dinetralisir dan diadaptasikan.
Selain itu, bahan media ini juga tidak
mudah lapuk sehingga sulit ditumbuhi jamur atau eendawan yang dapat
merugikan tanaman. Namun, media arang eenderung miskin akan unsur hara.
Oleh karenanya, ke dalam media tanam ini perlu disuplai unsur hara
berupa aplikasi pemupukan.
Sebelum digunakan sebagai media tanam,
idealnya arang dipeeah menjadi potongan-potongan keeil terlebih dahulu
sehingga memudahkan dalam penempatan di dalam pot. Ukuran peeahan arang
ini sangat bergantung pada wadah yang digunakan untuk menanam serta
jenis tanaman yang akan ditanam. Untuk mengisi wadah yang memiliki
diameter 15 em atau lebih, umumnya digunakan peeahan arang yang
berukuran panjang 3 em, lebar 2-3 em, dengan ketebalan 2-3 em. Untuk
wadah (pot) yang lebih keeil, ukuran peeahan arang juga harus lebih
kecil.
2. Batang Pakis
Berdasarkan warnanya, batang pakis dibedakan menjadi 2, yaitu batang pakis hitam dan batang pakis coklat. Dari kedua jenis tersebut, batang pakis hitam lebih umum digunakan sebagai media tanam. Batang pakis hitam berasal dari tanaman pakis yang sudah tua sehingga lebih kering. Selain itu, batang pakis ini pun mudah dibentuk menjadi potongan kecil dan dikenal sebagai cacahan pakis.
Berdasarkan warnanya, batang pakis dibedakan menjadi 2, yaitu batang pakis hitam dan batang pakis coklat. Dari kedua jenis tersebut, batang pakis hitam lebih umum digunakan sebagai media tanam. Batang pakis hitam berasal dari tanaman pakis yang sudah tua sehingga lebih kering. Selain itu, batang pakis ini pun mudah dibentuk menjadi potongan kecil dan dikenal sebagai cacahan pakis.
Selain dalam bentuk cacahan, batang pakis
juga banyak dijual sebagai media tanam siap pakai dalam bentuk lempengan
persegi empat. Umumnya, bentuk lempengan pakis digunakan sebagai media
tanam anggrek. Kelemahan dari lempengan batang pakis ini adalah sering
dihuni oleh semut atau binatang-binatang kecillainnya.
Karakteristik yang menjadi keunggulan media
batang pakis lebih dikarenakan sifat-sifatnya yang mudah mengikat air,
memiliki aerasi dan drainase yang baik, serta bertekstur lunak sehingga
mudah ditembus oleh akar tanaman.
3. Kompos
Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal dari proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun, rumput, dan sampah kota. Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media tanam adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos juga menjadi fasilitator dalam penyerapan unsur nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Kompos merupakan media tanam organik yang bahan dasarnya berasal dari proses fermentasi tanaman atau limbah organik, seperti jerami, sekam, daun, rumput, dan sampah kota. Kelebihan dari penggunaan kompos sebagai media tanam adalah sifatnya yang mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah, baik fisik, kimiawi, maupun biologis. Selain itu, kompos juga menjadi fasilitator dalam penyerapan unsur nitrogen (N) yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Kandungan bahan organik yang tinggi dalam
kompos sangat penting untuk memperbaiki kondisi tanah. Berdasarkan hal
tersebut dikenal 2 peranan kompos yakni soil conditioner dan soil
ameliorator. Soil ( ondotioner yaitu peranan kompos dalam memperbaiki
struktur tanah, terutama tanah kering, sedangkan soil ameliorator
berfungsi dalam Il1emperbaiki kemampuan tukar kation pada tanah.
Kompos yang baik untuk digunakan sebagai
media tanam yaitu Ydng telah mengalami pelapukan secara sempurna,
ditandai dengan I IL,rubahan warna dari bahan pembentuknya (hitam
kecokelatan), tidak berbau, memiliki kadar air yang rendah, dan memiliki
suhu ruang.
4. Moss
Moss yang dijadikan sebagai media tanam berasal dari akar paku-pakuan, atau kadaka yang banyak dijumpai di hutan-hutan. Moss sering digunakan sebagai media tanam untuk masa penyemaian sampai dengan masa pembungaan. Media ini mempunyai banyak rongga sehingga memungkinkan akar tanaman tumbuh dan berkembang dengan leluasa.
Moss yang dijadikan sebagai media tanam berasal dari akar paku-pakuan, atau kadaka yang banyak dijumpai di hutan-hutan. Moss sering digunakan sebagai media tanam untuk masa penyemaian sampai dengan masa pembungaan. Media ini mempunyai banyak rongga sehingga memungkinkan akar tanaman tumbuh dan berkembang dengan leluasa.
Menurut sifatnya, media moss mampu mengikat
air dengan baik serta memiliki sistem drainase dan aerasi yang lancar.
Untuk hasil tanaman yang optimal, sebaiknya moss dikombinasikan dengan
media tanam organik lainnya, seperti kulit kayu, tanah gambut, atau
daun-daunan kering.
5. Pupuk kandang
Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang. Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman.
Pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan disebut sebagai pupuk kandang. Kandungan unsur haranya yang lengkap seperti natrium (N), fosfor (P), dan kalium (K) membuat pupuk kandang cocok untuk dijadikan sebagai media tanam. Unsur-unsur tersebut penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Selain itu, pupuk kandang memiliki kandungan mikroorganisme yang diyakini mampu merombak bahan organik yang sulit dicerna tanaman menjadi komponen yang lebih mudah untuk diserap oleh tanaman.
Komposisi kandungan unsur hara pupuk
kandang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jenis
hewan, umur hewan, keadaan hewan, jenis makanan, bahan hamparan yang
dipakai, perlakuan, serta penyimpanan sebelum diaplikasikan sebagai
media tanam.
Pupuk kandang yang akan digunakan sebagai
media tanam harus yang sudah matang dan steril. Hal itu ditandai dengan
warna pupuk yang hitam pekat. Pemilihan pupuk kandang yang sudah matang
bertujuan untuk mencegah munculnya bakteri atau cendawan yang dapat
merusak tanaman.
6. Sabut kelapa (coco peat)
Sabut kelapa atau coco peat merupakan bahan organik alternatif yang dapat digunakan sebagai media tanam. Sabut kelapa untuk media tanam ,I ‘iJdiknya berasal dari buah kelapa tua karena memiliki serat yang kuat.
Sabut kelapa atau coco peat merupakan bahan organik alternatif yang dapat digunakan sebagai media tanam. Sabut kelapa untuk media tanam ,I ‘iJdiknya berasal dari buah kelapa tua karena memiliki serat yang kuat.
Penggunaan sabut kelapa sebagai media tanam
sebaiknya dilakukan di daerah yang bercurah hujan rendah. Air hujan
yang berlebihan dapat menyebabkan media tanam ini mudah lapuk. Selain
itu, tanaman pun menjadi cepat membusuk sehingga bisa menjadi sumber
penyakit. Untuk mengatasi pembusukan, sabut kelapa perlu direndam
terlebih dahulu di dalam larutan fungisida. Jika dibandingkan dengan
media lain, pemberian fungisida pada media sabut kelapa harus lebih
sering dilakukan karena sifatnya yang cepat lapuk sehingga mudah ditumbuhi jamur.
Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam lebih dikarenakan karakteristiknya yang mampu mengikat dan menyimpan air dengan kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsur-unsur hara
esensial, seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), kalium (K), natrium (N),
dan fosfor (P).
7. Sekam padi
Sekam padi adalah kulit biji padi (Oryza sativa) yang sudah digiling. Sekam padi yang biasa digunakan bisa berupa sekam bakar atau sekam mentah (tidak dibakar). Sekam bakar dan sekam mentah memiliki tingkat porositas yang sama. Sebagai media tanam, keduanya berperan penting dalam perbaikan struktur tanah sehingga sistem aerasi dan drainase di media tanam menjadi lebih baik.
Sekam padi adalah kulit biji padi (Oryza sativa) yang sudah digiling. Sekam padi yang biasa digunakan bisa berupa sekam bakar atau sekam mentah (tidak dibakar). Sekam bakar dan sekam mentah memiliki tingkat porositas yang sama. Sebagai media tanam, keduanya berperan penting dalam perbaikan struktur tanah sehingga sistem aerasi dan drainase di media tanam menjadi lebih baik.
Penggunaan sekam bakar untuk media tanam
tidak perlu disterilisasi lagi karena mikroba patogen telah mati selama
proses pembakaran. Selain itu, sekam bakar juga memiliki kandungan
karbon (C) yang tinggi sehingga membuat media tanam ini menjadi gembur,
Namun, sekam bakar cenderung mudah lapuk.
Sementara kelebihan sekam mentah sebagai
media tanam yaitu mudah mengikat air, tidak mudah lapuk, merupakan
sumber kalium (K) yang dibutuhkan tanaman, dan tidak mudah menggumpal
atau memadat sehingga akar tanaman dapat tumbuh dengan sempurna. Namun,
sekam padi mentah cenderung miskin akan unsur hara.
8. Humus
Humus adalah segala macam hasil pelapukan bahan organik oleh Jasad mikro dan merupakan sumber energi jasad mikro tersebut. Bahanbahan organik tersebut bisa berupa jaringan asli tubuh tumbuhan atau binatang mati yang belum lapuk. Biasanya, humus berwarna gelap dan ciijumpai terutama pada lapisan atas tanah (top soil). Humus sangat membantu dalam proses penggemburan tanah. dan memiliki kemampuan daya tukar ion yang tinggi sehingga bisa menyimpan unsur hara. Oleh karenanya, dapat menunjang kesuburan tanah, Namun, media tanam ini mudah ditumbuhi jamur, terlebih ketika tl’rjadi perubahan suhu, kelembapan, dan aerasi yang ekstrim. Humus Juga memiliki tingkat porousitas yang rendah sehingga akar tanaman tidak mampu menyerap air, Dengan demikian, sebaiknya penggunaan humus sebagai media tanam perlu ditambahkan media lain yang memiliki porousitas tinggi, misalnya tanah dan pasir.
Humus adalah segala macam hasil pelapukan bahan organik oleh Jasad mikro dan merupakan sumber energi jasad mikro tersebut. Bahanbahan organik tersebut bisa berupa jaringan asli tubuh tumbuhan atau binatang mati yang belum lapuk. Biasanya, humus berwarna gelap dan ciijumpai terutama pada lapisan atas tanah (top soil). Humus sangat membantu dalam proses penggemburan tanah. dan memiliki kemampuan daya tukar ion yang tinggi sehingga bisa menyimpan unsur hara. Oleh karenanya, dapat menunjang kesuburan tanah, Namun, media tanam ini mudah ditumbuhi jamur, terlebih ketika tl’rjadi perubahan suhu, kelembapan, dan aerasi yang ekstrim. Humus Juga memiliki tingkat porousitas yang rendah sehingga akar tanaman tidak mampu menyerap air, Dengan demikian, sebaiknya penggunaan humus sebagai media tanam perlu ditambahkan media lain yang memiliki porousitas tinggi, misalnya tanah dan pasir.
B. Bahan Anorganik
Bahan anorganik adalah bahan dengan
kandungan unsur mineral tinggi yang berasal dari proses pelapukan batuan
induk di dalam bumi. Proses pelapukan tersebut diakibatkan o/eh
berbagai hal, yaitu pelapukan secara fisik, biologi-mekanik, dan
kimiawi.
Berdasarkan bentuk dan ukurannya, mineral yang berasal dari pelapukan batuan induk dapat digolongkan menjadi 4 bentuk, yaitu kerikil atau batu-batuan (berukuran lebih dari 2 mm), pasir (berukuran 50 /-1- 2 mm), debu (berukuran 2-50u), dan tanah liat (berukuran kurang dari 2ju. Selain itu, bahan anorganik juga bisa berasal dari bahan-bahan sintetis atau kimia yang dibuat di pabrik. Beberapa media anorganik yang sering dijadikan sebagai media tanam yaitu gel, pasir, kerikil, pecahan batu bata, spons, tanah liat, vermikulit, dan perlit.
Berdasarkan bentuk dan ukurannya, mineral yang berasal dari pelapukan batuan induk dapat digolongkan menjadi 4 bentuk, yaitu kerikil atau batu-batuan (berukuran lebih dari 2 mm), pasir (berukuran 50 /-1- 2 mm), debu (berukuran 2-50u), dan tanah liat (berukuran kurang dari 2ju. Selain itu, bahan anorganik juga bisa berasal dari bahan-bahan sintetis atau kimia yang dibuat di pabrik. Beberapa media anorganik yang sering dijadikan sebagai media tanam yaitu gel, pasir, kerikil, pecahan batu bata, spons, tanah liat, vermikulit, dan perlit.
1. Gel
Gel atau hidrogel adalah kristal-kristal
polimer yang sering digunakan sebagai media tanam bagi tanaman
hidroponik. Penggunaan media jenis ini sangat praktis dan efisien karena
tidak perlu repot-repot untuk mengganti dengan yang baru, menyiram,
atau memupuk. Selain itu, media tanam ini juga memiliki keanekaragaman
warna sehingga pemilihannya dapat disesuaikan dengan selera dan warna
tanaman. Oleh karenanya, hal tersebut akan menciptakan keindahan dan
keasrian tanaman hias yang diletakkan di ruang tamu atau ruang kerja.
Hampir semua jenis tanaman hias indoor bisa
ditanam dalam media ini, misalnya philodendron dan anthurium. Namun,
gel tidak eaeak untuk tanaman hias berakar keras, seperti adenium atau
tanaman hias bonsai. Hal itu bukan dikarenakan ketidakmampuan gel dalam
memasok kebutuhan air, tetapi lebih dikarenakan pertumbuhan akar tanaman
yang mengeras sehingga bisa membuat vas pecah. Sebagian besar nursery
lebih memilih gel sebagai pengganti tanah untuk pengangkutan tanaman
dalam jarak jauh. Tujuannya agar kelembapan tanaman tetap terjaga.
Keunggulan lain dari gel yaitu tetap cantik
meskipun bersanding dengan media lain. Di Jepang gel digunakan sebagai
komponen terarium bersama dengan pasir. Gel yang berwarna-warni dapat
memberi kesan hidup pada taman miniatur tersebut.
2. Pasir
Pasir sering digunakan sebagai media tanam
alternatif untuk menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini, pasir dianggap
memadai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih,
pertumbuhan bibit tanaman, dan perakaran setek batang tanaman. Sifatnya
yang cepat kering akan memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang
dianggap sudah cukup umur untuk dipindahkan ke media lain. Sementara
bobot pasir yang cukup berat akan mempermudah tegaknya setek batang.
Selain itu, keunggulan media tanam pasir adalah kemudahan dalam
penggunaan dan dapat meningkatkan sistem aerasi serta drainase media
tanam. Pasir malang dan pasir bangunan merupakan Jenis pasir yang sering
digunakan sebagai media tanam.
Oleh karena memiliki pori-pori berukuran
besar (pori-pori makro) maka pasir menjadi mudah basah dan cepat kering
oleh proses penguapan. Kohesi dan konsistensi (ketahanan terhadap proses
::misahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air atau
~’lgin. Dengan demikian, media pasir lebih membutuhkan pengairan dan
::emupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang menyebabkan pasir
jarang digunakan sebagai media tanam secara tunggal.
Penggunaan pasir seoagai media tanam sering
dikombinasikan dengan campuran bahan anorganik lain, seperti kerikil,
batu-batuan, atau bahan organik yang disesuaikan dengan jenis tanaman.
Pasir pantai atau semua pasir yang berasal dari daerah yang bersersalinitas tinggi merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk
:gunakan sebagai media tanam, kendati pasir tersebut sudah dicuci
:erlebih dahulu. Kadar garam yang tinggi pada media tanam dapat
,enyebabkan tanaman menjadi merana. Selain itu, organ-organ tanaman,
seperti akar dan daun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang
selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan (nekrosis).
3. Kerikil
Pada dasarnya, penggunaaan kerikil sebagai
media tanam memang :idakjauh berbeda dengan pasir. Hanya saja, kerikil
memiliki pori-pori makro lebih banyak daripada pasir. Kerikil sering
digunakan sebagai media untuk budi daya tanaman secara hidroponik.
Penggunaan media ini akan membantu peredaran larutan unsur hara dan
udara serta pada prinsipnya tidak menekan pertumbuhan akar. Namun,
kerikil memiliki kemampuan mengikat air yang relatif rendah sehingga
mudah basah dan cepat kering jika penyiraman tidak dilakukan secara
rutin.
Seiring kemajuan teknologi, saat ini banyak
dijumpai kerikil sintesis. Sifat kerikil sintesis cenderung menyerupai
batu apung, yakni memiliki rongga-rongga udara sehingga memiliki bobot
yang ringan. Kelebihan kerikil sintesis dibandingkan dengan kerikil
biasa adalah kemampuannya yang cukup baik dalam menyerap air. Selain
itu, sistem drainase yang dihasilkan juga baik sehingga tetap dapat
mempertahankan kelembapan dan sirkulasi udara dalam media tanam.
4. Pecahan batu bata
Pecahan batu bata juga dapat dijadikan
alternatif sebagai media tanam. Seperti halnya bahan anorganik lainnya,
media jenis ini juga berfungsi untuk melekatkan akar. Sebaiknya, ukuran
batu-bata yang akan digunakan sebagai media tanam dibuat keeil, seperti
kerikil, dengan ukuran sekitar 2-3 em. Semakin keeil ukurannya,
kemampuan daya serap batu bata terhadap air maupun unsur hara akan
semakin balk. Selain itu, ukuran yang semakin keeil juga akan membuat
sirkulasi udara dan kelembapan di sekitar akar tanaman berlangsung lebih
baik.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media tanam ini adalah kondisinya yang miskin hara. Selain itu, kebersihan dan
kesterilan pecahan batu bata yang belum tentu terjamin. Oleh karena itu,
penggunaan media ini perlu ditambahkan dengan pupuk kandang yang
komposisi haranya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.
Walaupun miskin unsur hara, media pecahan
batu bata tidak mudah melapuk. Dengan demikian, pecahan batu bata cocok
digunakan sebagai media tanam di dasar pot karena memiliki kemampuan
drainase dan aerasi yang baik. Tanaman yang sering menggunakan pecahan
batu bata sebagai media dasar pot adalah anggrek.
5. Spons (floralfoam)
Para hobiis yang berkecimpung dalam budi
daya tanaman hias sudah sering memanfaatkan spans sebagai media tanam
anorganik. Dilihat dari sifatnya, spans sangat ringan sehingga mudah
dipindah-pindahkan dan ditempatkan di mana saja. Walaupun ringan, media
jenis ini tidak membutuhkan pemberat karena setelah direndam atau
disiram air akan menjadi berat dengan sendirinya sehingga dapat
menegakkan tanaman.
Kelebihan lain dari media tanam spans adalah tingginya daya serap terhadap air dan unsur hara esensial yang biasanya diberikan dalam
bentuk larutan. Namun, penggunaannya tidak tahan lama karena bahannya
mudah hancur. Oleh karena itu, jika spans sudah terlihat tidak layak
pakai (mudah hancur ketika dipegang), sebaiknya segera diganti dengan
yang baru. Berdasarkan kelebihan dan kekurangannya tersebut, spans
sering digunakan sebagai media tanam untuk tanaman hias bunga potong
(cutting flower) yang penggunaannya eenderung hanya sementara waktu
saja.
6. Tanah liat
Tanah liat merupakan jenis tanah yang
bertekstur paling halus dan lengket atau berlumpur. Karakteristik dari
tanah liat adalah memiliki poripori berukuran keeil (pori-pori mikro)
yang lebih banyak daripada pori-pori yang berukuran besar (pori-pori
makro) sehingga memiliki kemampuan mengikat air yang eukup kuat.
Pori-pori mikro adalah pori-pori halus yang berisi air kapiler atau
udara. Sementara pori-pori makro adalah pori-pori kasar yang berisi
udara atau air gravitasi yang mudah hilang. Ruang dari setiap pori-pori
mikro berukuran sangat sempit sehingga menyebabkan sirkulasi air atau
udara menjadi lamban.
Pada dasarnya, tanah liat bersifat miskin
unsur hara sehingga perlu dikombinasikan dengan bahan-bahan lain yang
kaya akan unsur hara. Penggunaan tanah liat yang dikombinasikan dengan
bahan-bahan lain seperti pasir dan humus sangat cocok dijadikan sebagai
media penyemaian, eangkok, dan bonsai.
7. Vermikulit dan perlit
Vermikulit adalah media anorganik steril yang dihasilkan dari pemananasan kepingan-kepingan mika serta mengandung potasium dan H’,lum.
Berdasarkan sifatnya, vermikulit merupakan media tanam yang memiliki
kemampuan kapasitas tukar kation yang tinggi, terutama dalam keadaan
padat dan pada saat basah. Vermikulit dapat menurunkan berat jenis, dan
meningkatkan daya serap air jika digunakan sebagai campuran media
tanaman. Jika digunakan sebagai campuran media tanam, vermikulit dapat menurunkan berat jenis dan meningkatkan daya absorpsi air sehingga bisa dengan mudah diserap oleh akar tanaman.
Berbeda dengan vermikulit, perlit merupakan
produk mineral berbobot ringan serta memiliki kapasitas tukar kation
dan daya serap air yang rendah. Sebagai campuran media tanam, fungsi
perlit sama dengan Vermikulit, yakni menurunkan berat jenis dan
meningkatkan daya serap air.
Penggunaan vermikulit dan perlit sebagai
media tanam sebaiknya dikombinasikan dengan bahan organik untuk
mengoptimalkan tanaman dalam menyerap unsur-unsur hara.
8. Gabus (styrofoam)
Styrofoam merupakan bahan anorganik yang terbuat dari kopolimer styren yang dapat dijadikan sebagai alternatif media tanam. Mulanya,
styrofoam hanya digunakan sebagai media aklimatisasi (penyesuaian diri)
bagi tanaman sebelum ditanam di lahan. Proses aklimatisasi tersebut
hanya bersifat sementara. Styrofoam yang digunakan berbentuk kubus
jengan ukuran (1 x 1 x 1) cm.
Sekarang, beberapa nursery menggunakan
styrofoam sebagai campuran media tanam untuk meningkatkan porousitas
media tanam. Jntuk keperluan ini, styrofoam yang digunakan dalam bentuk
yang sudah dihancurkan sehingga menjadi bola-bola kecil, berukuran
sebesar biji kedelai. Penambahan styrofoam ke dalam media tanam
membuatnya menjadi riangan. Namun, media tanam sering dijadikan sarang oleh semut.
Komentar
Posting Komentar